Membentengi Ekses Negatif Globalisasi; Tradisi NU

wacana tradisi NU, ekse globalisasi bagi tradisi, cegah efek negatif globalisasi dengan tradisi Membentengi Ekses Negatif Globalisasi bukanlah masalah mudah, hal ini terkait identitas bangsa, keragaman budaya, kepentingan politik, kepentingan ekonomi dan masih banyak lainnya.  Tradisi diyakini dapat menjadi benteng kokoh untuk melindungi pemeluknya dari kekuasaan hegemonik. Sekuat apapun, kekuasaan tidak sanggup menghegemoni pemeluk teguh tradisi. Karena, masyarakat tradisional mematuhi nilai-nilai atau pakem yang digariskan oleh tradisi dengan segala perangkatnya, mitos, seremoni tradisi. “NU dengan lebih dari 21 aneka tradisinya, memiliki daya resisten yang cukup terhadap gempuran kekuasaan. Contohnya, berkat tradisi, NU tidak dapat dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru. Saya percaya NU juga sanggup mengatasi intervensi global yang membudaya,” kata Daniel Sparingga, salah satu pembicara

dalam acara Diskusi Bulanan ke-XIII Aktivis NU, Selasa malam (10/7), di PBNU Lantai 8. Sedikitnya 30 orang menghadiri acara tersebut. Kang Said, Kiai Tolchah Hasan, Ahmad Bagja, dan Daniel Sparingga, menjadi pembicara terkait tema ‘NU dan Globalisasi’. Diskusi berjalan hangat hingga larut malam. Para peserta dan pembicara terlihat masih bersemangat untuk berdiskusi. Tetapi jarum jam yang mulai mendekat ke angka 12, memisahkan mereka. Di era globalisasi, imbuh Sparingga, semua kota di dunia hampir serupa. “Di kota manapun, pasti ada sebuah mall. Pusat perbelanjaan menjadi satu ruang spiritual baru di samping rumah ibadah. Tanpanya, manusia global akan merasa hampa luar biasa,” jelasnya. Menurut Sparingga, manusia di satu sisi mengalami kemajuan pesat. Sementara pada sisi lain, manusia mengalami paradoks, kontradiksi, dilema, seragam, dan terasing. Dengan kata lain, warga dunia global telah kehilangan identitas. Individualitas manusia meningkat tajam. Jiwa sosial menipis karena didorong kuat oleh pengabdian pada nilai luhur pasar, efisiensi, produksi, dan kompetisi. Tampilan wajah mereka juga cenderung berubah. Mereka termasuk warga Indonesia yang sudah mengglobal, memasang wajah penuh resah, gelisah, dan ketidakpastian, tegas Sparingga. Dalam konteks ini, NU memiliki visi luar biasa. Dengan kekayaan tradisinya, NU akan mengaliri dan membasahi manusia yang tengah dilanda kekeringan di era global ini, Tutup Sparingga.Dan akhrinya tradisi NU harus mampu Membentengi Ekses Negatif Globalisasi.