Rangkaian II Konferensi Ekonomi Internasional, Hotel Diamon Surakarta

Doa Penutupan IFIS oleh PW Ansor DIY , H. Fairus Ahmad

Rangkaian II Konferensi Ekonomi Internasional, Sejumlah seratus lima puluh peserta menghadiri Sesi II Konferensi Internasional yang digelar oleh Islamic Fiancial Inclusion Summit, IFIS di lantai dua Diamond Convention Centre, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (18/7) siang. Para peserta berasal dari pelbagai kalangan. Mereka antara lain adalah aktivis GP Ansor, kalangan santri, pengurus BMT, pihak asuransi, perbankan, pegadaian, dan sejumlah pihak yang terkait dengan perekonomian. Dari pelbagai Negara dan daerah di Indonesia, mereka datang. Dalam sesi II, mereka membahas tentang praktik perbankan di Indonesia. Dalam kaitan mewujudkan pendanaan perekonomian inklusif, para peserta mengungkapkan pelbagai persoalan yang dihadapi UKM di lapangan.

“Sulitnya mendapat permodalan bagi usaha kecil, dapat menghilangkan kesempatan bisnis yang dijalani rakyat kecil. setidaknya, kasus tersebut terjadi di Trenggalek dan Blitar. Para petani ikan yang membutuhkan kredit secara cepat, terpaksa kehilangan peluang bisnis yang hanya sebentar,” kata Alfa Isnaini, Ketua PW Ansor Jawa Timur di hadapan peserta. Sesi II Konferensi Internasional ini dipandu oleh nara sumber dari sejumlah pihak terkait perekonomian. Mereka adalah M. Nuh Ibrahim, Bank Negara Malaysia, Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri, Bambang Brojonegoro, Ketua Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI, dan seorang perwakilan Bank Mandiri. Salah satu masalah dalam pembangunan usaha kecil, menurut Alfa, adalah tingginya suku bunga kredit. Pada gilirannya, prosentasi keuntungan, tidak bisa dinikmati oleh pengusaha kecil. Keuntungan itu hanya dipakai untuk membayar bunga kredit bank. Dialog berlangsung dengan lancar. Para narasumber mencoba menjawab sejumlah kasus yang dikemukakan para peserta. Dari kesempatan ini, sesi II Konferensi Internasional, mencatat bahwa regulasi dan kerjasama semua pihak yang berkepentingan, berperan penting untuk memberikan kesempatan kredit bagi semua pihak yang membutuhkan. Dengan demikian, perekonomian tidak bersifat tertutup bagi mereka yang hanya memiliki agunan, tetapi bersifat inklusif bagi siapa pun, Rangkaian II Konferensi Ekonomi Internasional.